Rama Tirta Bagaskara, laki laki dengan tatapan teduh namun begitu rapuh. Tirta kesepian, ia sendirian, tidak memiliki siapa-siapa selain sang ayah. Namun, sosok yang ia jadikan sebagai rumah dan sandaran, justru menjadi alasan di balik rasa sakitnya. Bagi ayahnya, Tirta adalah kesalahan, hidup Tirta adalah malapetaka. 

Sementara itu, hadirnya Langit membuat perjuangan Tirta semakin rumit. Langit menerima sinar hangat sang ayah yang melimpah. Cahaya itu menerangi setiap langkah Langit, mengangkatnya dalam gemerlap kebanggaan. Sebaliknya, Tirta hidup dalam bayang-bayang kelam. Ayahnya memandangnya dengan ketegasan yang tak terhitung, setiap kesalahan ditimpakan hukuman yang dingin. Tirta berusaha mengejar Langit, namun usahanya bagai angin yang melawan arus, sia-sia.

Waktu terus berjalan, akankah Tirta mampu mencapai tujuannya? Akankah mampu Tirta mengikis jarak yang terbentang antara dirinya dengan sang ayah?